Asisten Deputi Bidang Industri Energi, Minyak dan Gas Kementerian BUMN, Abdi Mustakim menanggapi soal stok Pertalite yang kosong di sejumlah SPBU.
Menurut Abdi, hal itu terjadi karena santernya kabar kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, yaitu Pertalite dan Solar.
“Karena ada berita-berita di media soal penyesuaian, akhirnya masyarakat langsung menuhin tangki kendaraannya masing-masing,” ucapnya dalam acara Ngobrol @Tempo pada Kamis, 25 Agustus 2022.
Alhasil, masyarakat membeli Pertalite di atas rata-rata volume harian untuk memenuhi seluruh tangki kendaraannya sebelum penyesuaian harga diberlakukan.
Namun ia meyakini, situasi tersebut hanya akan terjadi sesaat.
“Jadi memang ada peningkatan konsumsi secara drastis sesaat.
Jadi seperti ada kekosongan padahal secara nasional stok kita aman,” tuturnya.
Sebab, berdasarkan data Pertamina per 23 Agustus di Pertamina, ia mengatakan asumsi konsumsi Pertalite adalah 17,8 hari.
Sedangkan asumsi konsumsi solar yaitu 20,7 hari.
“Nah ini pengadaan terus menerus dilakukan.
Insya Allah tidak akan ada kekosongan di SPBU,” kata dia.
Sementara itu, rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi memang kian santer.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN yang diharapkan menjadi juru selamat subsidi energi dinyatakan rawan jebol oleh banyak menteri Presiden Joko Widodo.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan telah menghitung proyeksi konsumsi BBM bersubsidi hingga akhir tahun.
Hasilnya, perlu ada kenaikan subsidi sebesar Rp 198 triliun jika pemerintah tidak menaikan harga Pertalite dan Solar.
Padahal, kata dia, subsidi energi yang telah ditetapkan tahun ini Rp 502 triliun, hampir tiga kali lipat subsidi energi tahun lalu, yaitu Rp 158 triliun.
“Nambah, kalau kita tidak menaikkan BBM, kalau tidak dilakukan apa apa, tidak ada pembatasan, tidak ada apa-apa, maka Rp 502 triliun gak akan cukup,” tuturnya saat ditemui di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Jakarta Selatan, Selasa 23 Agustus 2022.
Sri Mulyani menjelaskan angka tersebut berdasarkan proyeksi konsumsi Pertalite dan Solar sampai akhir tahun, yaitu mencapai 29 juta kiloliter.
Sedangkan volume BBM bersubsidi yang disiapkan pemerintah untuk tahun ini sebesar 23 juta kiloliter.
Meski ia mengakui harga minyak mentah sudah mulai turun di bawah US$ 100 per barel, menurutnya naik turun harga ICP tak pernah jauh dari angka itu.
Sehingga nilai tersebut menunjukkan pelemahan sekitar empat persen.
Sri Mulyani menyebutkan hanya ada dua upaya yang bisa dilakukan pemerintah selain menaikan harga BBM bersubsidi yaitu, melakukan pembatasan volume Pertalite dan Solar atau menambah anggaran.
Adapun soal langkah yang akan dipilih pemerintah, Sri mengatakan masih berkoordinasi dengan Kementerian terkait, juga dengan pihak PT Pertamina maupun PLN.
Ia mengatakan masih akan memperkirakan dampak dari tiap opsi tersebut.
Sri pun belum bisa memastikan apakah nantinya akan ada bantuan sosial yang diberikan pada masyarakat untuk mencegah penurunan daya beli atau tidak.
RIANI SANUSI PUTRI Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini